BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 27 April 2011

Menjaga Rahasia


Memegang teguh suatu rahasia adalah sikap yang sangat sulit dipegangi di masa sekarang. Maka alangkah baiknya jika anak-anak kita sudah terdidik dengan sikap itu sejak kecil. Sifat kanak-kanak yang melekat, seperti keingintahuan yang besar, tentu saja menjadikan upaya itu tak mudah. Sehingga teladan orangtua menjadi hal yang sepatutnya dilakukan.

Gosip, layaknya sesuatu yang mudah ditemui. Satu rahasia yang semestinya tersimpan rapi pun begitu mudah dibongkar melalui jalan ini. Tak hanya diminati oleh kaum ibu, anak-anak pun banyak menggemarinya. Tatkala duduk-duduk bersama teman, tak jarang berbagai obrolan meluncur tanpa terasa. Sampai hal yang semestinya tak disampaikan pun akhirnya terungkap. Terkadang disertai bumbu, “Ssst… tapi jangan bilang siapa-siapa, ya! Ini rahasia!”
Hal tercela yang dianggap biasa. Orangtua yang mendengar atau menyaksikan anak-anaknya melakukan seperti ini pun tak bereaksi. Wallahul musta’an …
Padahal tidak demikian yang ada dalam kehidupan para pendahulu kita yang shalih. Mereka begitu kukuh memegang sesuatu yang disebut rahasia. Barangkali perlu kita lihat, bagaimana putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Fathimah radhiyallahu 'anha memegang rahasia sang ayah, sampai waktunya dia bisa mengungkapkannya.


Kalau sekarang kita dapati, orangtua yang membiarkan perilaku anaknya menyebarkan rahasia, dulu pada masa shahabat, orangtua justru membimbing anaknya untuk menjaga rahasia. Seorang ibu yang mulia, yang dikenal amat besar semangatnya untuk memberikan kebaikan pada anaknya, Ummu Sulaim radhiyallahu 'anha, menjadi cermin bagi kita untuk berkaca diri.

Demikian semestinya. Orangtua harus benar-benar bijak mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menjaga rahasia. Tidak setiap hal boleh diberitakan dan tidak setiap rahasia boleh disebarkan. Dengan ini, akan tumbuh kepercayaan masyarakat pada dirinya di masa mendatang, sebagai seseorang yang dipandang bisa memegang rahasia.
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.


MENJAGA RAHASIA DAN LARANGAN MENYEBARKAN AIB SESAMA

قال الله تعالى:

إِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ أَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اَمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ فِى الدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ

Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat”. (QS: An Nuur: 19)


1. Menyampaikan amanat adalah kunci rezeki.
2. Janganlah engkau mengkhianati orang yang mengamanatkan kepadamu, meskipun dia telah mengkhianatimu. Dan janganlah engkau menyebarkan rahasia orang yang telah menyebarkan rahasiamu.
3. Hak setiap rahasia adalah untuk dijaga, dan rahasia yang paling berhak mendapatkan penjagaan adalah rahasiamu bersama Tuhanmu dan rahasia-Nya bersamamu. Ketahuilah, barangsiapa yang mencemarkan orang lain, niscaya dia akan dicemarkan; dan barangsiapa membocorkan rahasia orang lain, maka dia telah membolehkan rahasianya sendiri dibocorkan.
4. Rahasiamu adalah darahmu (nyawamu), maka janganlah engkau mengalir-kannya (mempercayakannya) kecuali kepada urat lehermu (orang yang paling terdekat).
5. Boleh saja engkau memiliki seribu (banyak) sahabat, tetapi hendaklah engkau mempercayakan rahasiamu kepada seorang saja diantara mereka (yang paling engkau percaya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar